17 November 2011

Ini tentang kebaikan (bagian 4)


Ini tentang kebaikan, tentang topeng kebaikan. Ini menjelaskan topeng kebaikan yang mengaku kebaikan. Ini menjelaskan bahwa sesungguhnya kita bisa tahu kebaikan itu topeng atau bukan.
sumber : servus-sanctus.blogspot.com
Mungkin dalam perjalanan hidup anda tentu banyak berjumpa dengan berbagai orang dengan berbagai karakter. Gak perlu lah disebutkan, karena memang bermacam-macam. Begitu juga dengan saya, pernah berjumpa dengan beberapa orang yang baik tutur katanya, sopan cara bicaranya, agamanya bagus (dalam artian beribadah, hafalan, dan bacaan) dan dia juga mengajak kepada kebaikan. Akan tetapi, yang mengherankan adalah beberapa orang seperti tidak menyukainya.
Pembaca : Lha, wajar toh mas? Gk semua orang disukai oleh orang lain.
Waah, sabar dulu. Kan belum saya jelaskan lebih detail.
Baiklah, mari kita lanjutkan.
Memang benar, tidak ada orang di dunia ini yang bener-bener disukai oleh semua orang. Akan tetapi, saya rasa anda juga pernah merasakan ada seseorang yang baik, tetapi orang-orang di lingkungannya justru lebih banyak tidak menyukainya.
Ini memang menjadi dilema yang susah untuk dijawab. Di satu sisi kebaikan itu yang harus kita cari, kita amalkan dan kita sampaikan kepada orang lain. Di sisi lain justru kebanyakan orang tidak suka dengan orang yang baik tersebut. Mereka - orang yang tidak menyukai - tahu jika hal itu tidak baik, akan tetapi mereka lebih memilih orang lain yang untuk dijadikan panutan, bukan orang yang baik tersebut. Tanya kenapa???
Akhir-akhir ini saya sering dengar keluh orang seperti ini, "Orang itu tau agama, tapi heran, ndak ada yang suka dengan orang itu".
Atau "Orang itu taat beribadah, tetapi orang-orang gak ada yang suka dengannya", dan sebagainya.
Ini memang sangat mengherankan, bertolak belakang dengan hal yang seharusnya akan terjadi. Sangat tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Lalu adakah kesalahan yang terjadi, atau memang itukah hasil yang didapat bagi mereka yang mencari kebaikan?
Jika itu adalah hasil dari mencari kebaikan, maka lebih baik tidak perlu berbuat baik atau pun mencari kebaikan. Toh hasil yang didapat gak menjadikan orang tersebut mendapatkan hasil yang semestinya. Ataukah memang teori-teori berbuat kebaikan itu hanya sekedar sugesti yang tersusun dari rangkaian kata-kata indah yang menggunggah sanubari dan menenangkan hati tanpa ada pembuktian yang baik? Atau, apakah ada yang salah dengan orang yang menjalankan konsep teori kebaikan?
Jika anda masih bingung, saya akan mengajak anda untuk mengingat kembali tentang agama anda masing-masing. Jika saya tidak salah ingat, setiap agama selalu ada kitab suci dan orang yang dijadikan contoh berasal dari manusia atau dianalogikan mirip manusia. Misalkan Islam, ada Al Qur'an sebagai kitab sucinya, dan Nabi Muhammad SAW sebagai panutannya. Begitu juga Kristen, ada Injil sebagai kitab suci dan Tuhan Yesus yang dijadikan sebagai sesembahannya. Begitu seterusnya dengan agama lainnya.
Yang ingin saya sampaikan bukanlah ajaran masing-masing agama tersebut. Akan tetapi, mengapa ada kitab sucinya dan ada suri tauladan yang berasal dari manusia atau yang dianalogikan mirip manusia?
Singkatnya, cukup 2 kata, "Teori" dan "Praktek", atau "Konsep" dan "Implementasi". Kitab suci yang diberikan itu dianalogikan sebagai "Konsep" Kebaikan yang diturunkan Tuhan untuk pedoman hambaNya. Sedangkan suri tauladan yang diutusNya merupakan bentuk "Implementasi" dari "Konsep" yang telah diberikan.
Lalu, mengapa harus ada kedua-duanya? Mengapa tidak salah satu saja? Mengapa tidak konsep saja? Atau implementasi saja?
Pembaca yang budiman, anda tentu tidak berharap saya akan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan di atas kan? Saya berharap kita bisa sedikit meluangkan waktu untuk berpikir serius tentang hal ini. Karena selama ini saya merasa sebagaian dari kita (dengan polos dan lugu atau mereka benar-benar tidak tahu) mengikuti konsep yang benar dengan praktek yang salah. Allahu'alam bisshawab.
Hanya kepada Allah lah aku memohon ampunan atas kesalahan dan kekurangan yang pernah terjadi.

No comments: