Menyambung tulisan
saya yang sebelumnya berjudul "Apa yang akan anda lakukan, jika..."
yang isinya menanyakan kepada diri sendiri apa yang akan kita lakukan jika kita
tau esok kita akan meninggal, maka tulisan ini akan saya coba untuk berpikir dari
sudut pandang orang lain. Semoga saja bermanfaat.
Hal yang sebenarnya
terjadi adalah kita tidak akan pernah tau kapan kita akan meninggal, bahkan
orang terhebat sekalipun, tidak pernah tau kapan ia akan meninggal.
Beberapa hari yang lalu saya mendengan
seorang mahasiswa meninggal dunia. Beberapa tahun sebelumnya tetangga saya yang
masih duduk di bangku SMA meninggal dunia di usianya yang muda. Tidak lama
kemudian seorang kakek meninggal dunia di usianya yang ke 80 tahun lebih.
Sebagian orang
meninggal karena penyakit yang menahun, sebagian lagi ada yang meninggal karena
serangan jantung. Bahkan ada juga yang sehat wal afiat, tiba-tiba saja
meninggal dunia. Tidak ada yang tau kapan itu akan menjadi giliran kita.
Mengapa ini dirahasiakan?
Klo menurut saya,
pertanyaannya bukanlah seperti itu, tetapi apakah akan jadi lebih baik jika itu
diberitahukan? Apakah anda akan merasa tenang jika anda akan meninggal 5 hari
lagi? Atau anda akan merasa aman jika anda ajal anda masih 10 tahun lagi?Jika seandainya
anda diberitahukan kapan anda akan meninggal, saya akan sangat yakin anda tidak
akan pernah mau merayakan hari ulang tahun anda. Hari ulang tahun anda akan
menjadi hari paling suram, yaitu hari dimana jatah umur anda berkurang dari 5
tahun menjadi 4 tahun. Tentu dalam hati anda akan berkata, "Oh, 4 tahun
lagi umurku".
Selain itu, saya
juga sangat yakin klo anda pasti lebih hafal dengan tanggal kematian anda
ketimbang tanggal lahir anda. Atau bahkan mungkin akan ada istilah 'Hari
Berkurangnya umur'. Haha...lelucon yang menakutkan.
sumber : perambah.wordpress.com |
Hidup adalah pilihan
Hidup adalah
pilihan, begitu lah kalimat yang paling sering kita dengar dari orang-orang
bijak (ntah siapa). Ada benarnya juga, mungkin itulah mengapa di akhirat nanti
kita diminta pertanggung jawaban dari perbuatan kita di sendiri di dunia. Kita
bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan, bukan orang lain. Untuk itu di
dunia ini kita dituntut untuk melakukan hal-hal yang bisa kita pertanggung
jawabkan di akhirat. Klo kita bisa klo kita siap menerima hukuman atas
perbuatan jahat, ya lakukanlah, tapi klo gk sanggup, lebih baik jangan
dilakukan. Mudah saja kok.
Kita semua telah
diberi 'Buku Panduan' kehidupan bagi kita. Disana kita diberitahukan mana yang
baik, mana yang tidak. Tinggal kita saja mau memilih yang mana. Dalam hal ini
kita diberi kebebasan penuh dalam menentukan pilihan tanpa adanya paksaan.
Salah satu bentuk kebebasan yang diberikan ke kita adalah dirahasiakannya kapan
kita akan meninggal.
Dengan begitu kita
tidak akan dihantui perasaan cemas tentang tanggal kematian tersebut. Kita
diberi ketenangan dan keleluasaaan dalam memilih, sehingga pilihan tersebut
benar-benar atas kemauan kita sendiri. Maka cocoklah jika nanti kita melakukan
kejahatan, kita akan mendapatkan hukuman atas hal itu, karena kejahatan itu
dilakukan atas dasar keinginan diri sendiri, bukan paksaan. Sekalipun ada
godaan kepada kita tetap keputusan akhirnya dari kita sendiri.
Bukan hukuman kepada si anak
Ini tidak sama
dengan seorang ayah yang sedang menghukum anaknya. Apabila sang anak melakukan
kesalahan, maka sang ayah akan menghukum anak tersebut sehingga sang anak akan
merasa jera. Pada saat menghukum si anak, sang ayah akan menasihati si anak dan
memberitahukan untuk tidak melakukan kesalahan tersebut. Dalam hal ini sang
anak tentu tidak memiliki pilihan untuk melakukan kesalahan lagi, sehingga sang
anak mau atau tidak mau akan melakukan kebaikan. Nasihat sang ayah tentu bisa
diterima dengan jelas oleh si anak, sehingga anak tau mana yang diinginkan
ayahnya, mana yang tidak.
Lalu, jika si anak
akhirnya menjadi baik karena ia memang tidak punya pilihan untuk menjadi jahat,
apakah ini bisa dikatakan murni baik atau karena terpaksa? Atau, jika ada orang
yang menjadi lebih religius lantaran ia tau 5 hari lagi ia akan meninggal, apakah
ini bisa dikatakan murni baik atau karena terpaksa?
No comments:
Post a Comment