17 November 2011

Ini tentang kebaikan (bagian 2)


Bismillahirrahmaanirrahiim...

Ini tentang berbuat baik, ini tentang bagaimana kebaikan itu dinilai. Ini tentang siapa yang menilai kebaikan itu. Dan ini akan menjelaskan betapa rapuhnya orang yang baik hanya karena kebaikan yang dilakukannya dengan cara tidak baik.

I am Proud
Coba kita renungkan tentang pertanyaan ini.

Apakah mencuri itu perbuatan baik atau tidak baik?

Saya yakin jawabannya tentu perbuatan tidak baik. Mengapa? Sepertinya saya tidak perlu menjelaskanya, saya rasa kita semua sudah tahu alasannya.

Nah, bagaimana jika saya buat sebuah pernyataan yang berhubungan dengan pertanyaan di atas. Pernyataannya seperti ini.

Jika mencuri itu perbuatan tidak baik, berarti kisah tentang Robin Hood adalah kisah tentang orang yang berbuat tidak baik? Secara logika benar, karena Robin Hood mencuri.

Saya sangat yakin sekali dalam pikiran anda tentu menolak pernyataan di atas. Mengapa?

Berhubung saya tidak bisa melakukan survey, jadi saya mencoba menebak beberapa alasan mengapa hampir sebagian besar menolak pernyataan yang saya buat di atas, antara lain :
  1. Robin Hood mencuri dari orang-orang kaya yang kikir dan perampok yang mengambil hak rakyat lemah.
  2. Hasil curian tersebut tidak dipakai untuk kebutuhannya sendiri, tetapi untuk membantu kaum yang lemah.
  3. Robin Hood membantu orang yang lemah dari penindasan orang kaya yang tidak dermawan.
  4. Orang-orang yang dicuri pantas mendapatkan hal tersebut, karena mereka kikir, tidak mau berbagi kepada yang lemah.
  5. Dengan begitu, sejatinya Robin Hood memperjuangkan keadilan bagi kaum yang lemah, dan itu merupakan perbuatan terpuji.

Saya rasa beberapa alasan (hasil tebakan saya) ini sudah cukup mewakili alasan-alasan lainnya yang senada dengan yang di atas.

Saya akan mencoba membantah semua alasan di atas dengan satu pernyataan lagi.

Apapun itu alasannya, tetap saja Robin Hood mencuri. Bukankah begitu?

Dan kita semua sepakat, yang namanya mencuri adalah perbuatan tidak baik.

Ya ya ya... Saya masih merasakan adanya pertentangan yang kurang memuaskan dari beberapa pembaca tentang pernyataan yang saya buat di atas. Saya yakin anda juga punya beberapa pertanyaan yang akan mendukung pernyataan anda. Saya mulai dengan menebak-nebak lagi tentang kemungkinan perntanyaan yang muncul dari benak anda.

Pembaca : Mas, Robin Hood itu melakukan hal tersebut demi menolong orang banyak, dan ia hanya mencuri sebagian harta dari beberapa orang kaya yang kikir. Tentu jika di timbang-timbang, justru lebih banyak kebaikannya dari pada keburukannya.

Penulis : Coba dibayangkan, Robin Hood menolong orang tua yang lemah, Ok itu bagus, tapi apakah ia pernah memikirkan orang yang dicurinya? Tentu 'korban'nya akan menderita, mereka juga punya orang tua, mereka juga punya anak, dan mereka juga membutuhkan harta mereka, apa itu pernah terpikir oleh Robin Hood?

Pembaca : Lho, Robin Hood kan gak mencuri semua, hanya sebagian kecil.

Penulis : Ok, Bagaimana dengan orang kaya dan dermawan? Apakah akan menjadi 'korban' Robin Hood?

Pembaca : Tentu tidak, hanya mereka yang kikir, sombong dan tidak mau berbagi saja.

Penulis : Baik, cukup! Jika benar itu adalah perbuatan baik, mengapa dilakukan dengan cara yang tidak baik (mencuri)? Saya merasa Robin Hood mengganggap dirinya adalah orang yang mengatur harta orang lain. Dia akan 'menghukum' orang-orang kaya yang kikir dengan caranya sendiri. Saya merasa Robin Hood memiliki hak atas harta dari 'korban'nya untuk membantu orang yang lemah.

Baiklah kita hentikan sejenak perdebatan tentang Robin Hood ini, bukannya saya tidak mau membahasnya lebih lanjut, akan tetapi ilustrasi di atas hanya sebuah gambaran saja, sebuah contoh, dan inti yang akan saya sampaikan bukanlah berkenaan tentang Robin Hood, lebih penting lagi yaitu adanya perbedaan persepsi tentang penilaian masing-masing orang terhadap contoh kasus di atas.

Itu baru satu contoh kasus saja, bagaimana dengan kasus lain yang lebih kompleks. Yang perlu kita pikirkan adalah yang mana yang benar? Apa mungkin kedua pendapat tersebut benar? Apa mungkin ada lebih dari satu kebenaran dalam satu kasus?? Atau kah hanya ada satu kebenaran?

Lantas, bagaimana kita menentukan suatu kebenaran (mana yang baik dan mana yang buruk)? Adakah standarisasinya? Atau kah hanya tergantung berdasarkan persepsi masing-masing orang?

Jika kebenaran itu bergantung dari hasil pemikiran manusia saja, sepertinya itu cukup untuk menjelaskan mengapa seorang perampok berani melakukan perampokan, ya karena ia ingin menghidup keluarganya, atau mungkin sama seperti Robin Hood, merampok untuk menolong anak yatim dan orang tidak mampu. Itu cukup untuk menjelaskan mengapa seorang mau membunuh orang lain lantaran orang tersebut telah membunuh orang tuanya. Dan sekali lagi, itu sangat cukup untuk menjelaskan mengapa para pejabat di negeri ini sibuk untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya lantaran uangnya habis untuk menyogok sana sini agar ia bisa menduduki jabatan tersebut.

Jika sudah begini, mengapa kita masih menyalahkan mereka berbuat seperti itu, toh menurut mereka itu sudah benar, dan itu sudah seharusnya ia lakukan. Mengapa kita marah ketika mereka merampok rumah kita? Toh mereka menganggap kita kikir dan mereka ingin menghidupi keluarga mereka. Mengapa kita marah ketika mereka membunuh orang tua kita? Toh karena orang tua kita yang lebih dahulu membunuh orang tuanya. Lalu mengapa kita masih sibuk berdemonstrasi di jalan-jalan menuntut agar pejabat yang korupsi untuk dipenjarakan? Toh, uang mereka habis untuk menyogok sana-sini supaya bisa mendapatkan jabatan itu. Mengapa?? Mengapa??

Itu karena kebenaran yang datang dari manusia hanya berdasarkan kepada sesuatu yang menguntungkan atau merugikan manusia itu sendiri. Apabila kita hendak berbuat baik, itu lantaran ada keuntungan yang ingin diperoleh, atau lantaran gak ada ruginya jika kita berbuat demikian.

Mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak pantas, dan hanya kepada Allah lah aku memohon ampunan.

No comments: